Harga minyak kembali reli pada Rabu malam hingga sesi Asia Kamis ini (17/3) setelah pejabat OPEC dikabarkan mengatakan bahwa Arab Saudi dan sekutunya bakal tetap menerapkan pembatasan produksi meski Iran ogah melaksanakannya. Di saat yang sama, para trader komoditas energi terpenting ini mengabaikan laporan persediaan minyak Amerika Serikat yang agak mengecewakan.
Harga minyak mentah light sweet WTI untuk pengiriman April ditutup naik 5.8 persen ke $38.46 per barel di NYMEX tadi malam, dan menanjak lagi ke 39.22 pagi ini. Sementara harga acuan global Brent kini kembali diperdagangkan di atas $40 per barel, dengan posisi $40.75 saat berita ini diangkat. Minyak kini telah naik sekitar 47% dalam waktu kurang lebih satu bulan terakhir, seiring dengan makin optimisnya para spekulator akan kemungkinan bahwa para produsen besar minyak akhirnya terpaksa menurunkan produksi akibat rendahnya harga.
Pertemuan 17 April Di Doha
Seorang pejabat OPEC yang tak disebut namanya dikabarkan oleh media-media terkemuka mengatakan, Arab Saudi, Kuwait, dan negara-negara OPEC lainnya akan membatasi output minyak mereka, meskipun Iran tidak melakukan hal yang sama. Menteri Perminyakan Qatar, Mohammed Bin Saleh Al Sada pun mengungkapkan bahwa pihaknya akan menggelar sebuah pertemuan antara para produsen minyak OPEC dan Non-OPEC pada 17 April di Doha untuk mendiskusikan pembatasan produksi. Hal ini membuka kemungkinan bahwa rintisan tersebut bisa diberlakukan secepat-cepatnya bulan depan.
Harga minyak telah mengalami beberapa kali naik-turun akibat rumor seputar kesepakatan pembatasan output tersebut sejak pertama kali dicetuskan oleh Arab Saudi, Rusia, Qatar, dan Venezuela pada pertengahan Februari lalu. Antara penolakan Iran, keengganan Kuwait, dan optimisme Rusia, banyak alasan membuat sebagian kalangan ragu kalau para produsen minyak terkemuka tersebut bakal sungguh menjalankan apa yang mereka utarakan. Namun demikian, harga minyak telah jatuh terlalu jauh, sehingga para trader dan investor mencari-cari alasan untuk bertaruh kemerosotan harga sudah berakhir dan berlomba mencari titik awal rebound.
Arab Saudi dan sekutunya di Timur Tengah sebelumnya pernah mengatakan bahwa kesepakatan bakal batal jika Iran menolak berpartisipasi, tetapi titik terendah harga minyak yang mencapai $26.21 per barel tahun ini telah memperburuk perekonomian negaranya dan menimbulkan tekanan politik pada pihak kerajaan untuk tetap melaksanakan pembatasan produksi. Terkait dengan ini, pejabat OPEC anonim asal salah satu negara teluk tadi menyiratkan kalau penolakan Iran bukanlah "deal breaker".
Output Minyak AS Masih Di Rekor Tinggi
Outlook kebijakan moneter Federal Reserve yang kelewat dovish dini hari tadi juga turun mendukung reli harga minyak kali ini, begitu pula laporan persediaan minyak EIA.
Laporan resmi dari Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat yang dirilis hari Rabu menyebutkan bahwa stok minyak mentah naik ke rekor tinggi baru untuk pekan kelima berturut-turut dalam sepekan yang berakhir tanggal 11 Maret 2016. Peningkatan tercatat sebanyak 1.3 juta barel, sehingga total mencapai 523.2 juta barel; jauh lebih rendah dibanding ekspektasi analis sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 3.4 juta barel.
Merespon laporan EIA tersebut, trader futures cenderung dingin. Meskipun kenaikan inventori berada di bawah ekspektasi, tetapi inventori tetap mengalami peningkatan, dan fakta itu tetap negatif bagi pasar minyak yang tengah menderita oversupply.