Uang Rupiah Kuno Sebaiknya Jangan Dibuang, Ini Alasannya
4688
|
Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan tanggal 13 November 2020, serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.
Tinjauan Fundamental
Setelah menguat hingga level 14000 per USD, minggu lalu Rupiah ditutup relatif stagnan pada 14170. Penguatan Rupiah dalam 2 minggu terakhir terutama disebabkan oleh depresiasi USD akibat kemenangan Joe Biden pada pilpres AS, dan berita mengenai efektifitas vaksin COVID-19 dari Pfizer yang akan mempercepat pemulihan ekonomi global. Selain itu, Statement FOMC yang dianggap dovish juga mendukung penguatan mata uang Garuda.
Meski demikian, nilai tukar Rupiah mengalami tekanan pada 3 hari terakhir pekan lalu akibat aksi profit taking, dan dampak dari meningkatnya kasus COVID-19 di berbagai negara yang diperkirakan dapat menghambat pemulihan ekonomi. Dari dalam negeri, data cadangan devisa bulan Oktober yang lebih rendah dari perkiraan dan bulan sebelumnya juga mendukung pelemahan Rupiah.
Pekan ini, isu meningkatnya kasus COVID-19 masih akan mendominasi pasar. Seperti diberitakan, AS dan beberapa negara Eropa mengalami kenaikan jumlah kasus COVID-19 yang signifikan. Sementara dari dalam negeri, kasus harian COVID-19 kembali mencatat rekor tertinggi di atas 5000 kasus minggu lalu. Dikhawatirkan, investor akan melepas aset-aset berisiko termasuk mata uang Rupiah jika jumlah kasus terus bertambah sementara vaksin belum tersedia.
Minggu ini akan digelar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang akan memutuskan suku bunga acuan atau BI 7-day Repo Rate. Diperkirakan, BI masih akan mempertahankan suku bunga pada level +4%. Data penting lainnya adalah transaksi berjalan (Current Account) kuartal ketiga yang diperkirakan defisit USD9 miliar, dan neraca perdagangan bulan Oktober yang diperkirakan kembali surplus USD2.29 miliar. Secara teknikal, Rupiah masih cenderung menguat dengan support kuat pada level 14000.
Jadwal Rilis Data Fundamental
Senin, 16 November 2020:
- Jam 09:00 WIB: data neraca perdagangan Indonesia bulan Oktober 2020 y/y: bulan sebelumnya: +USD2.44 miliar. Perkiraan: +USD2.29 miliar.
- Jam 10:00 WIB: data Current Account Indonesia kuartal ketiga tahun 2020 quarter per year (q/y): kuartal sebelumnya: -USD2.9 miliar, perkiraan: -USD9.0 miliar.
Kamis, 19 November 2020:
- Jam 14:30 WIB: suku bunga Bank Indonesia bulan November 2020: bulan sebelumnya: +4.00%. Perkiraan: +4.00%.
Data berdampak dari AS minggu ini: Retail Sales, Jobless Claims, indeks Philly Fed Manufacturing.
Tinjauan Teknikal
Chart Daily:
Dari penunjukan indikator trend berikut ini, pergerakan USD/IDR pada time frame daily masih cenderung bearish (Rupiah cenderung menguat) :
- Harga berada di bawah kurva SMA 200-day dan kurva middle band indikator Bollinger Bands.
- Titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
- Kurva indikator MACD berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
- Garis histogram indikator ADX berwarna merah dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bearish yang masih kuat.
Support kuat berada pada level 14000 hingga 13862, sementara resistance kuat pada level 14300 hingga 14365.
Level pivot mingguan: 14131.67
Resistance: 14200.00 (23.6% Fibo Expansion) ; 14365.00 ; 14500.00 ; 14675.00 ; 14800.00 ; 14957.00 ; 15000.00 ; 15190.00 ; 15400.00 ; 15580.00 ; 15640.00 ; 15785.00.
Support: 14100.00 ; 14000.00 ; 13862.50 ; 13792.40 (38.2% Fibo Expansion) ; 13572.50 ; 13461.88 (50% Fibo Expansion) ; 13400.00 ; 13134.00 (61.8% Fibo Expansion) ; 13082.00 ; 13000.00.
Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 34 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).
- Titik 1: 16640.00 (harga tertinggi 23 Maret 2020).
- Titik 2: 13850.00 (harga terendah 8 Juni 2020).
- Titik 3: 14860.00 (harga tertinggi 20 Juli 2020).