Bank Sentral Jepang (BOJ) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya pada hari Rabu (15/07) ini namun tetap bertahan untuk tidak menawari tambahan stimulus baru, dengan meyakinkan masyarakat bahwa ekspektasi kenaikan dalam sektor konsumsi akan membantu mengakselerasi inflasi hingga mencapai target 2 persen. Proyeksi pertumbuhan Jepang untuk tahun fiskal sekarang hingga Maret 2016 dipangkas, dari 1.3 persen menjadi 0.3 persen.
Berkaca Pada China
Selain itu, demi mematahkan skeptisme pasar terhadap outlook yang terlalu tinggi, bank sentral tersebut mempertahankan proyeksinya yang memandang bahwa inflasi baru akan mencapai targetnya dalam tahun fiskal yang dimulai bulan April tahun 2016. Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, menegaskan optimismenya atas outlook global. Ia juga mengambil data pertumbuhan (GDP) China yang mencapai 7 persen di kuartal kedua, sebagai contoh.
"Ekspor dan output memang masih tumbuh secara moderat, namun kami mengekspektasikan hal ini akan sementara saja," tutur Kuroda yang dikutip oleh Reuters setelah review rate yang dilakukan selama dua hari. Kuroda juga menambahkan sebagai outlook bahwa sektor ekspor diekspektasikan akan mengalami peningkatan dalam laju yang sedang walaupun masih terdapat fluktuasi, sehubungan dengan peningkatan ekonomi mancanegara dan dorongan untuk melemahkan Yen.
Sesuai dengan ekspektasi pasar, BOJ bulan ini tidak melakukan perubahan kebijakan. Mereka tetap meluncurkan stimulus sejumlah 80 triliun Yen melalui program pembelian aset. Pasca laporan ini, USD/JPY menguat 0.11 persen ke angka 123.53, pulih dari level rendah 122.90 yang tercapai kemarin. Sementara EUR/JPY naik tipis 0.08 persen ke angka 135.96. Indeks Dolar AS saat ini berada di level 96.80.
