Dolar AS memulai awal pekan ini (14/12) dengan pergerakan yang tenang sehubungan dengan minimnya event ekonomi mayor pekan lalu. Meski demikian, data industri China yang diumumkan pada hari Sabtu lalu sempat memberikan pengaruh, terutama pada mata uang komoditas seperti Dolar Australia.
China melaporkan bahwa data mengenai produksi industri untuk bulan November yang naik 6.2 persen dalam basis tahunan, dengan demikian, artinya output pertumbuhan industri China berperforma lebih baik dibandingkan ekspektasi.
Dolar AS diperdagangkan di kisaran 121.17 Yen, dengan Yen yang sedikit menguat setelah laporan survei Tankan Jepang hari ini. Sedangkan terhadap Euro, Dolar masih betah di dekat posisi $1.1000 setelah melonjak hingga 3.7 persen dalam dua minggu lalu. EUR/USD stabil di angka 1.0972 setelah naik 0.4 persen hari Jumat lalu.
Greenback sempat mundur bersama dengan merosotnya imbal hasil obligasi Pemerintah AS ke level rendah mingguan akibat merosotnya harga minyak. Di samping itu, lemahnya ekuitas membuat para investor lebih mencari safe haven daripada obligasi pemerintah.
Pasar forex juga mengamati performa mata uang China setelah Beijing mengejutkan pasar dengan memberikan indikasi untuk mengubah pengaturan perdagangan Yuan terhadap Dolar AS dan mata uang-mata uang mayor lainnya. "Mungkin sebagian pihak melihat hal ini sebagai alternatif lain dari devaluasi (Yuan), namun kami menduga bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk menjaga nilai Yuan agar tetap stabil, daripada harus memberikan dorongan lagi mengejar Dolar yang makin tinggi seperti yang selama ini dilakukan," tutur Capital Economics yang dirangkum oleh Reuters.
Goldman Sachs Perkirakan Kenaikan
Pekan ini merupakan pekan penting dimana The Fed akan menggelar rapat FOMC. Berdasarkan prediksi dari Goldman Sachs, ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga sekitar 0.25 persen sampai 0.50 persen minggu ini.