EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,302.41/oz   |   Silver 26.90/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,117.43   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 6 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 7 menit lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 8 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 9 menit lalu, #Saham AS

Goldman Sachs: Emas Bisa Sentuh 1600 Di Tahun 2020

Penulis

Goldman Sachs memperkirakan bahwa harga emas tahun depan akan dilambungkan oleh ketidakpastian politik perdagangan dan kekhawatiran resesi global.

Seputarforex.com - Pergantian tahun tinggal hitungan minggu. Goldman Sachs telah membuat prediksi akan pergerakan harga emas untuk tahun 2020 mendatang. Hasilnya, logam mulia tersebut diperkirakan dapat mencapai harga $1,600 per ons. Kekhawatiran terhadap resesi dan ketidakpastian politik akan menjadi pendukungnya.

Sepanjang tahun 2019 ini, total kenaikan harga emas telah mencapai 14 persen dan sempat menembus ke atas $1500, sesuai dengan perkiraan para analis di akhir tahun 2018 silam. Perolehan tersebut adalah yang tertinggi sejak tahun 2010. Sayangnya, pada bulan September, bull emas terjegal sehingga harga turun sekitar 6 persen dari puncak $1,557 yang tercapai di awal bulan tersebut.

emas

Goldman Sachs merilis catatan tertanggal 06 Desember, yang menuliskan bahwa fenomena kemerosotan harga emas dari puncak terjadi akibat peningkatan minat risiko global, sehubungan dengan mengendurnya tensi perdagangan AS-China dan menguatnya pasar tenaga kerja.

Namun, bank multinasional sekaligus salah satu pemain utama dalam industri keuangan dunia tersebut menambahkan bahwa tanpa adanya akselerasi pertumbuhan, ketakutan akan resesi kemungkinan masih akan mengemuka. Oleh karenanya, data dari sektor ketenagakerjaan seperti tingkat pengangguran dan inversi Yield Curve akan diperhatikan.

"Tabungan masyarakat di negara-negara maju sedang tumbuh pesat, dan berkombinasi dengan merosotnya capital expenditure global. Akibatnya, terjadilah banjir simpanan. Inilah yang semestinya dapat mendorong permintaan pada aset-aset defensif seperti emas," kata Goldman Sachs.

Sementara itu, Dolar AS diproyeksi akan terdepresiasi, sehingga membuat harga emas terasa murah bagi pemegang mata uang-mata uang lain. Goldmans Sachs juga mengekspektasikan bahwa ketidakpastian politik masih membara gara-gara tensi perdagangan AS-China yang berlarut-larut. Sedangkan Pemilu Presiden AS yang akan digelar pada akhir tahun 2020, diperkirakan semakin menambah permintaan terhadap emas.

Ketidakpastian geopolitik tahun ini telah diterjemahkan menjadi sinyal permintaan emas yang lebih besar. Di samping itu, Goldman Sachs menambahkan catatan bahwa tahun 2019 ini akan menjadi tahun rekor untuk pembelian emas oleh bank sentral global (CB), dengan target pembelian gabungan sebesar 750 ton.

"Tahun depan, kita akan melihat pembelian emas oleh CB akan sedikit turun di bawah tahun 2019. Namun, kemungkingkinan masih terangkat oleh tingginya ketidakpastian geopolitik, rendahnya suku bunga global, dan rendahnya pangsa emas sebagai cadangan di sejumlah bank sentral negara-negara berkembang," demikian perkiraan Goldman Sachs.

291239
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.