EUR/USD 1.074   |   USD/JPY 156.530   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,337.91/oz   |   Silver 27.24/oz   |   Wall Street 38,262.07   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,036.08   |   Bitcoin 63,755.32   |   Ethereum 3,130.16   |   Litecoin 87.99   |   USD/CHF menguat di atas level 0.9100, menjelang data PCE As, 15 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Ueda, BoJ: Kondisi keuangan yang mudah akan dipertahankan untuk saat ini, 17 jam lalu, #Forex Fundamental   |   NZD/USD tetap menguat di sekitar level 0.5950 karena meningkatnya minat risiko, 17 jam lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/JPY melanjutkan reli di atas level 167.50 menyusul keputusan suku bunga BoJ, 17 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 23 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 23 jam lalu, #Saham AS

Output Industri China Tak Sesuai Ekspektasi, Retail Sales Melambat

Penulis

Data output industri China mengalami penurunan, begitu pula dengan investasi aset tetap dan retail sales. Ini mencuatkan risiko penurunan ekonomi di paruh kedua 2022.

Seputarforex - Pada hari Senin (15/Agustus), Biro Statistik Nasional China merilis data Industrial Production atau output industri yang tumbuh sebesar 3.8 persen secara tahunan. Angka ini melambat dibandingkan kenaikan 3.9 persen pada periode sebelumnya, sekaligus meleset dari ekspektasi kenaikan 4.6 persen. Perlambatan ini memang tidak begitu tajam, tetapi mengindikasikan bahwa sektor manufaktur, pertambangan, dan utilitas China sedang mengalami tekanan di awal kuartal ketiga tahun ini.

output industri China

Sementara itu, Fixed Asset Investment (Investasi aset tetap) mengalami penurunan cukup drastis. Data yang mengukur belanja barang modal dan investasi China ini turun dari 6.1 persen menjadi 5.7 persen secara tahunan (Year-over-Year). Rilis ini mematahkan ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan 6.2 persen dari tahun sebelumnya.

Data Retail Sales (Penjualan Ritel) China juga mengalami penurunan dari 3.1 persen menjadi 2.7 persen pada bulan Juli. Angka ini terbilang sangat mengecewakan karena meleset dari konsensus pasar untuk kenaikan 5 persen pada bulan Juli.

Rentetan publikasi data fundamental yang mengecewakan pagi ini semakin memperkuat pandangan bahwa perekonomian China tengah menghadapi hambatan besar di awal paruh kedua 2022. Negara ini tertatih-tatih di sepanjang kuartal kedua karena lockdown COVID di beberapa kota utama seperti Shanghai yang memukul telak sektor konsumsi hingga properti.

 

Risiko Perlambatan Masih Membayangi

Kabar terbaru menyebutkan bahwa pemerintah China berencana kembali menerapkan pembatasan di beberapa kota pusat manufaktur dan wisata pada bulan Juli. Hal ini menyusul ditemukannya kembali varian Omicron yang lebih menular.

Menanggapi kondisi suram ekonomi domestik, People Bank of China membuat kejutan dengan menurunkan suku bunga pinjaman utama untuk kedua kalinya tahun ini. Keputusan PBoC ini sedikit banyak berdampak terhadap pergerakan mata uang komoditas seperti AUD dan NZD, mengingat Australia dan New Zealand menjadikan China sebagai negara tujuan ekspor utama.

Download Seputarforex App

298086
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.