EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 155.450   |   GBP/USD 1.267   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,377.53/oz   |   Silver 29.99/oz   |   Wall Street 39,869.38   |   Nasdaq 16,698.32   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 65,231.58   |   0.00   |   Litecoin 82.46   |   PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memutuskan untuk membagikan dividen final sebesar sebesar Rp540 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan jadwal pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp6.45 triliun dengan cum date tanggal 27 Mei 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp35 per saham pada 13 Juni 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,320, sementara Nasdaq 100 mendatar di 18,653 pada pukul 19:36 ET (23:36 GMT). Dow Jones datar di 40,017, 5 jam lalu, #Saham AS

Yen Dan Franc Diperkuat Kekhawatiran Pasar Pada Trump

Penulis

Pasar mengkhawatirkan arah kebijakan Presiden Donald Trump, setelah AS menerapkan bea impor tinggi atas panel surya dan mesin cuci.

Seputarforex.com - Dolar AS terperosok versus Yen Jepang dan Franc Swiss pada awal sesi perdagangan Asia hari Rabu ini (24/Januari) di tengah pekatnya kekhawatiran pasar mengenai arah kebijakan Presiden Donald Trump, setelah AS menerapkan bea impor tinggi atas panel surya dan mesin cuci. USD/JPY merosot 0.18% ke 110.09, sedangkan USD/CHF lengser 0.15% ke 0.9562; keduanya berada dalam posisi terendah sejak September 2017. Indeks Dolar AS —yang menimbang kekuatannya terhadap sekelompok mata uang mayor lainnya— juga merosot hingga 90.02 saat berita ditulis, mencapai level terendahnya sejak Desember 2014.

 

Yen Dan Franc Diperkuat Kekhawatiran Pasar Pada Trump

 

Bea Impor = Genderang Perang Dagang?

Kemarin, AS mengumumkan penerapan bea hingga 30% atas impor perangkat panel surya buatan luar negeri serta 20% atas impor mesin cuci. Langkah proteksionisme tersebut dipandang sebagian pihak seakan menabuh genderang perang dagang dengan China dan Korea Selatan, sehingga pasar mengkhawatirkan pula mengenai renegosiasi NAFTA dan pesan-pesan apa yang akan disampaikannya dalam World Economic Forum (WEF).

Dalam event penandatanganan kebijakan penerapan bea impor tersebut, Trump mengatakan pada wartawan, "Saya pergi ke Davos. Kita akan berbicara tentang investasi di Amerika Serikat lagi, agar orang-orang datang dan membelanjakan uangnya di Amerika Serikat."

World Economic Forum (WEF) merupakan forum nonprofit internasional yang diadakan setiap tahun di Davos, Swiss, dengan dihadiri oleh CEO perusahaan-perusahaan besar, politisi terpilih, perwakilan akademisi, LSM, pemuka agama, dan media massa. WEF 2018 dengan tema "Creating a Shared Future in a Fractured World" yang digelar tanggal 23-26 Januari akan dihadiri oleh Presiden Donald Trump dan timnya, selain tokoh-tokoh terkemuka lainnya seperti Direktur Manajer IMF Christine Lagarde, PM Narendra Modi dari India, PM Justin Trudeau dari Kanada, aktris Cate Blanchett sebagai Duta UNHCR. Namun, kehadiran Trump memunculkan kekhawatiran tersendiri.

Boris Schlossberg dari BK Asset Management menyampaikan dalam catatannya kemarin, "Pasar Forex tetap skeptis mengenai program pengetatan (kebijakan moneter) bertahap Federal Reserve dikarenakan gejolak yang terus menerus di DC (Parlemen AS -red) serta prospek ketegangan dagang lebih lanjut antara AS dan bagian dunia lainnya. Diskusi NAFTA dimulai dan mereka akan dipandang bukan hanya sebagai barometer hubungan dagang di Amerika Utara, melainkan juga sebagai sinyal kebijakan dagang AS ke depan. Penetapan bea impor atas panel surya dan mesin cuci kemarin boleh jadi merupakan salvo pertama pemerintahan Trump dalam perang dagang dan pasar Forex nampaknya merefleksikan kemelut investor pada umumnya mengenai langkah-langkah ini."

 

Abaikan Kabar Lainnya

Kekhawatiran pasar mengenai arah kebijakan Trump telah menekan Dolar AS sejak kemarin, meskipun Government Shutdown telah diakhiri dan kantor-kantor pemerintah AS sudah beroperasi normal. Di sisi lain, Yen terus menguat, mengabaikan pesan-pesan dovish dalam pernyataan kebijakan bank sentral Jepang terbaru serta angka-angka dalam data Neraca Dagang Jepang yang agak mengecewakan dalam rilisan pagi ini.

Menurut Kementrian Keuangan Jepang, Neraca Dagang Jepang untuk periode Desember hanya mengalami kenaikan surplus dari 112 Milyar Yen ke 359 Milyar Yen saja, padahal estimasi awal memperkirakan kenaikan hingga 530 Milyar. Dalam basis year-on-year, laju impor menurun dari 17.2% ke 14.9%, lebih baik dibanding perkiraan; tetapi ekspor anjlok dari 16.2% ke 9.3%, jauh lebih buruk dibanding estimasi.

282070
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.