Kenaikan Tanpa Tanda, GBP/USD Lanjut Melemah
93
|
PM Inggris Boris Johnson bersikeras ia masih bisa memperjuangkan Brexit pada 31 Oktober, kendati kalah dalam pemungutan suara penting pada hari Sabtu lalu. Ia pun "dipaksa" mengajukan permintaan delay untuk batas waktu Brexit selama 3 bulan.
Kini, Johnson kembali berupaya memenangkan dukungan parlemen untuk kesepakatan Brexit-nya, di tengah meningkatnya kepercayaan pasar atas kemampuannya mengatasi tekanan dari hasil voting akhir pekan lalu. Saat ini, ia dilaporkan telah mengantongi dukungan dari 320 anggota parlemen; jumlah yang diperlukan untuk meloloskan kesepakatan Brexit-nya.
Hal ini dikonfirmasi oleh Menlu Inggris, Dominic Raab, yang mengatakan bahwa Boris tampaknya akan unggul 5 suara dari pihak oposisi. Meskipun demikian, hasil voting tersebut akan menunjukkan selisih yang amat ketat.
Menurut pengamatan Fullerton Makets, Boris Johnson punya dua macam strategi untuk membuat kemajuan pada minggu ini: memenangkan pemungutan suara di awal pekan atau mengamankan suara mayoritas ketika undang-undang implementasi kesepakatan Brexit dipertimbangkan dalam voting parlemen.
Beberapa analis memandang bahwa pernyataan Dominic Raab bukanlah omong kosong belaka. Sekitar 320 anggota parlemen tampaknya akan mendukung kesepakatan Brexit Johnson, sementara 315 anggota lainnya diprediksi memilih tidak mendukung.
Keengganan Johnson untuk mengajukan perpanjangan deadline tercermin dari tiga surat yang dikirimnya ke Brussels pada penghujung pekan lalu, termasuk surat yang tidak ditandatanganinya dan ditujukan kepada Donald Tusk, pimpinan dewan Uni Eropa. Menanggapi hal ini, Tusk mengatakan bahwa pihaknya akan berkonsultasi dengan negara-negara Uni Eropa lain terkait prospek perpanjangan deadline Brexit.
Sementara itu, beberapa anggota parlemen yang mendukung amandemen Letwin untuk menunda persetujuan, termasuk Oliver Letwin sendiri, mengatakan bahwa mereka sekarang akan mendukung kesepakatan Brexit Johnson karena sudah yakin bahwa Inggris tidak akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Di lain pihak, ekonomi China tumbuh 6% pada kuartal ketiga, mendarat tepat di level yang ditargetkan pemerintah. Hasil tersebut menandai aktivitas bisnis yang terus memburuk. Di berbagai sektor, pertumbuhan terkesan mendingin selama kuartal ketiga, meskipun ada indikasi pemulihan dalam sektor produksi industri dan penjualan ritel.
Fixed Asset Investment yang merupakan indikator kegiatan konstruksi dan sejak lama menjadi pendorong ekonomi utama, hanya mencapai 5.4%, lebih rendah dari level periode sebelumnya yang 5.5%. Dengan tekanan yang terus meningkat, kebijakan moneter longgar diyakini akan segera dipertimbangkan untuk merespon kondisi perlambatan tersebut.
Instrumen Trading Pilihan
AUD/USD
Sedikit bearish, pair ini diperkirakan melemah hingga 0.6805 karena outlook pertumbuhan China yang suram dapat membebani Aussie.
USD/JPY
Pasangan mata uang ini berpotensi merosot ke 107.65 karena risiko Hard Brexit.
XAU/USD
Harga emas juga dinilai akan melemah dalam sepekan ini, tepatnya ke area 1475.
US30USD
Indeks saham ini bisa menguat terbatas ke kisaran 26986 di minggu ini.
Franky Nangoy
Market Strategist - Fullerton Markets
Dengan lebih dari 15 tahun pengalaman profesional dalam forex, Franky telah mengambil berbagai peran di industri ini. Ia menjadi konsultan dan analis untuk broker lokal dan internasional, dan saat ini memegang peranan sebagai Market Strategist di Fullerton Research, dimana ia bertanggung jawab mempersiapkan materi pembelajaran secara rutin, seperti Weekly Market Research dan webinar secara langsung untuk Audience global. Kelebihannya terletak pada analisis pasar Indonesia.
Pada tahun 2018, Franky menyelesaikan serangkaian Roadshow di 11 kota di seluruh Indonesia, menjangkau para trader, baik yang pemula maupun berpengalaman dengan wawasan dan kebijaksanaan terkait forex.