EUR/USD 1.074   |   USD/JPY 153.190   |   GBP/USD 1.256   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,302.32/oz   |   Silver 26.76/oz   |   Wall Street 38,760.34   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Penutupan mingguan GBP/USD di atas 1.2550 dapat menarik pembeli, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling bergerak lebih tinggi dengan perhatian tertuju pada NFP AS, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS melanjutkan pelemahan karena pasar menunggu data pekerjaan utama, 4 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF kehilangan daya tarik di bawah level 0.9100, menantikan data NFP, 4 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 11 jam lalu, #Saham AS

PMI Manufaktur China Loyo Lagi, Beijing Bisa Turunkan Target Pertumbuhan

Penulis

Indeks PMI Manufaktur China mengendur ke angka 49.7 pada bulan Desember ke angka 49.4 bulan lalu, level terendah sejak bulan Agustus tahun 2015 dimana levelnya tak beranjak dari level kontraksi. Inilah penyebab mengapa para investor angkat kaki dari China

Aktivitas manufaktur China hari ini (01/02) dilaporkan terkontraksi dalam enam bulan berturut-turut hingga Januari sehingga makin menaikkan keprihatian dunia terhadap bagaimana sebenarnya kekuatan negara ekonomi terbesar kedua dunia ini. Selain itu, hal ini juga menjadi peringatan bagi para pembuat kebijakan di China untuk mengambil tindakan yang lebih efektif sehubungan dengan masih memudarnya pertumbuhan China.

china
Indeks PMI Manufaktur China mengendur ke angka 49.7 pada bulan Desember ke angka 49.4 bulan lalu, level terendah sejak bulan Agustus tahun 2015, dimana levelnya tak beranjak dari bahwa angka 50 yang menunjukkan adanya kontraksi aktivitas. Para analis memprediksi angka PMI Manufaktur China di angka 49.6 pada bulan Januari.

Perlambatan dalam sektor manufaktur ini menjadi penyebab mengapa para investor angkat kaki dari China sehingga membuat pasar saham domestik negara tersebut amburadul dan menyurutkan kepercayaan para invesor di penjuru dunia. Data yang dirilis pada bulan lalu menunjukkan abhwa perekonomian negara perekonomian terbesar kedua di dunia itu tumbuh 6.9 persen di tahun 2015, laju yang terlemah dalam 25 tahun terakhir. Pemerintah China pun khawatir akan tercapai atau tidaknya target pertumbuhan 7.0 persen.

Dalam laporan terpisah, data PMI Manufaktur China yang dirilis oleh Caixin dan Markit menduduki angka 48.4 pada bulan Januari, naik dari 48.2 pada bulan Desember. Menurut hasil survei tersebut, ketenagakerjaan dan output merosot drastis dalam laju yang lebih cepat pada bulan Januari dibandingkan dengan satu bulan sebelumnya. Sayangnya, data tersebut diikuti juga dengan anjloknya jumlah perusahaan baru dalam laju yang tercepat di 7 bulan terakhir.

Stimulus Hanya Memperlambat, Tidak Memperbaiki

Para analis mengatakan bahwa momentum aktivitas ekonomi China memang tampak melemah memasuki tahun 2016 ini. "Hal ini cukup memprihatinkan, bagaimana tidak, penggelontoran stimulus moneter dan fiskal pada tahun 2015 ternyata hanya memberi efek untuk memperlambat laju penurunan di aktivitas industri China saja (bukan menciptakan peningkatan)," tutur analis G Markets, Angus Nicholson, kepada BBC.

Nicholson menambahkan bahwa jika sampai kuartal kedua pertumbuhan ekonomi Tirai Bambu hanya mencapai kisaran 6.9 persen, maka bisa jadi Beijing harus menurunkan target pertumbuhan dari 7 persen menjadi 6.5 persen saja tahun 2016 ini.

259364
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.